"Setelah pandemi ini karena situasi global juga belum pulih dan ini terjadi di hampir di seluruh dunia ya, tidak hanya di Indonesia, itu memang jumlah armada menurun drastis," kata Adita dalam acara "Evaluasi Publik atas Kinerja Sektor Transportasi Umum dan Perhubungan Pemerintahan Jokowi" secara virtual, Rabu (2/10).
Meski demikian, Adita menilai saat ini kondisinya sudah mulai pulih, walaupun belum mencapai titik keseimbangan seperti sebelum pandemi. Dengan kondisi tersebut, akhirnya terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan. Adapun permintaan yang sangat tinggi di sektor penerbangan tidak bisa dicukupi pasokan pesawat yang ada. Hal ini berdampak terhadap harga tiket pesawat yang melambung tinggi.
"Ini adalah soal mekanisme pasar di ekonomi ada tarif atau harga yang kemudian bisa meningkat karena supply terbatas, sementara demand-nya tinggi," kata Adita.
"Di sisi lain juga ada tarif batas atas dan batas bawah yang ditetapkan. Sehingga memang semua akan mengikuti ketentuan di dalam koridor tarif batas atas batas bawah itu," sambungnya.
Adita menyatakan jumlah pesawat yang ideal saat ini berjumlah lebih dari 800 pesawat. Dengan jumlah tersebut, Adita yakin dapat memenuhi penerbangan di daerah pariwisata super prioritas.
"Idealnya sebenarnya pasti lebih dari 800 ya seharusnya. Karena memang potensi di mana, khususnya kalau kita bicara di kawasan-kawasan baru di daerah pariwisata super prioritas misalnya itu sangat tinggi. Tapi saat ini memang terbatas karena supply yang terbatas," ujarnya.